|
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Fisika
merupakan ilmu yang mempelajari materi dan interaksinya. Banyak konsep-konsep
fisika yang bisa menjelaskan fenomena-fenomena di alam. Misalnya, buah kelapa
yang lepas dari tampuknya kemudian jatuh ke tanah bisa dijelaskan dengan konsep
kinematika gerak jatuh bebas. Sebuah pena yang tercelup sebagian kedalam air
dan sebagian lagi berada diatas permukaan air akan terlihat bengkok, hal ini
dapat dijelaskan dengan konsep pembiasan pada materi optik. Sebuah truk yang
melaju dengan kecepatan tertentu kemudian menumbuk sebuah sedan yang sedang
parkir di tepi jalan, kita dapat mengetahui berapa kecepatan truk tersebut
sebelum menumbuk sedan dan berapa selang waktu truk dan sedan tersebut
bersentuhan. Dan masih banyak contoh lainnya.
Begitu
banyaknya fenomena-fenomena dialam ini yang bisa kita jelaskan dengan fisika,
oleh karena itu kita sangat perlu mempelajari tentang fisika. Kemajuan
teknologi saat ini tidak terlepas pula dari peranan fisika. Begitu juga pada
bidang olah raga, banyak sekali aplikasi konsep fisika yang dapat diterapkan
sehingga memungkinkan cabang olah raga tersebut bisa maju di negara kita. Salah
satu contohnya pada bela diri karate, bagaimana seorang karateka dapat
menampilkan atraksi-atraksi yang menakjubkan seperti memecahkan bata. Begitu
juga pada aksi laga, bagaimana teknik pukulan serta tendangan dari seorang
karateka sehingga ia dapat mengumpulkan point sebanyak-banyaknya untuk
memenangkan sebuah pertandingan..
Bela
diri karate ini tidak bisa terlepas dari konsep impuls dan momentum. Impuls
adalah gaya yang bekerja pada benda dalam waktu yang relatif singkat, sedangkan
momentum merupakan ukuran kesulitan untuk memberhentikan (mendiamkan) benda.
Impuls dipengaruhi oleh gaya yang bekerja pada benda dalam selang waktu
tertentu sedangkan momentum dipengaruhi oleh massa benda dan kecepatan benda
tersebut.
Bela
diri karate pada saat sekarang ini memiliki peminat yang cukup banyak.
Disamping tujuannya untuk membela diri, dengan belajar karate kita juga bisa
ikut kejuaraan baik itu tingkat daerah, nasional, bahkan internasional sehingga
dapat menjadikan kita terkenal dan juga dapat mengharumkan nama bangsa ini.
Apabila seorang karateka juga memahami ilmu fisika dan dapat mengaplikasikannya
dalam pertandingan, tentu hasil yang diperoleh akan lebih bagus dibanding
karateka yang tidak paham apa-apa tentang fisika. “Bagaimana aplikasi konsep
fisika terutama impuls dan momentum dalam bela diri karate?”. Maka pada makalah
ini akan dibahas tentang impuls dan momentum serta penerapannya dalam bela diri
karate.
B.
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah:
a.
Mengetahui aplikasi konsep impuls dan
momentum dalam bela diri karate
b.
Memenuhi tugas mata kuliah Seminar
Fisika
C.
Manfaat
Adapun
manfaat dari pembuatan karya tulis ini yaitu mendapatkan dan menambah ilmu
pengetahuan, kemudian menerapkan ilmu yang didapatkan agar lebih berguna dan
dapat dirasakan manfaatnya.
|
||||
|
|
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Momentum dan Impuls
1.
Momentum
Setiap benda yang
bergerak pasti memiliki momentum. Momentum merupakan hasil kali antara massa
dengan kecepatan benda. Karena kecepatan merupakan besaran vektor, maka momentum
juga termasuk besaran vector yang arahnya sama dengan arah kecepatan benda.
Secara matematis, persamaan momentum dapat ditulis sebagai berikut.


Keterangan:

m : massa benda (kg)

2.
Impuls
Impuls
benda didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya dengan selang waktu gaya itu
bekerja pada benda. Impuls temasuk besaran vektor yang arahnya sama dengan arah
gaya. Untuk menghitung besar impuls dalam satu arah dapat digunakan persamaan
berikut.


Keterangan:


∆t : selang waktu (s)
3.
Hubungan
Momentum dan Impuls
Sebuah benda yang massanya m mula-mula
bergerak dengan kecepatan
. Kemudian dalam selang
waktu ∆t kecepatan benda tersebut berubah menjadi v. Menurut
hukum II Newton, jika benda menerima gaya yang searah dengan gerak benda, maka
benda akan dipercepat. Percepatan ratarata yang disebabkan oleh gaya F sebagai
berikut.


Menurut
definisi, percepatan rata-rata adalah perubahan kecepatan persatuan waktu.
Jadi, persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut:

Jika
t adalah waktu untuk mengubah kecepatan dari
menjadi v atau sama dengan lamanya gaya
bekerja, maka dari kedua persamaan di atas kita mendapatkan persamaan sebagai
berikut:



Keterangan:

m : massa benda
(kg)





Persamaan
di atas menyatakan bahwa impuls yang dikerjakan pada suatu benda sama dengan
perubahan momentum yang dialami benda tersebut, yaitu beda antara momentum
akhir dengan momentum awalnya.
|
B. Karate
Seni bela diri yang dikenal dengan nama
Karate-Do ini berasal dari pulau Okinawa, Jepang. Bela diri ini dikembangkan
oleh Funakoshi Yoshitaka. Seni
bela diri ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti “Tangan
China”. Kemudian Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan
China) dalam kanji Jepang menjadi Karate-Do. Kara, yang
berarti kosong, Te (tangan), dan Do (metode/cara). Pengertian Karate-Do adalah
metode bela diri menggunakan tangan kosong dengan menggunakan tubuh dan alam
sekitar sebagai senjata.
Murid-murid ginchin funakoshi yang
terkenal adalah:
1. Hironori
ohtsuka 12.
Tsutomu okazaki
2. Shinken
taira 13.
Takeshi shimoda
3. Yasuhiro
konishi 14.
Shinken gima
4. Isao
obata 15.
Kimo ito
5. Gigo
funakoshi 16.
Genshin hironishi
6. Shigeru
egami 17.
Taiji kase
7. Masatoshi
nakayama 18.
Hiroshi noguchi
8. Masutatsu 19.
Tomasaburo okana
9. Hidetaka
nishiyama 20.
Fusajiro takagi
10. Hirokazu
kanazawa 21.
Masamoto takagi
11. Tasuo
yamada
Murid-murid
inilah yang kemudian mengembangkan ilmu beladiri ini hingga karate termasuk
bela diri yang popular di dunia.
|
|
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Aplikasi Konsep Impuls dan Momentum Dalam Bela Diri Karate
Karateka pemegang sabuk hitam sering
mendemonstrasikan kekuatan dan keahlian mereka dengan cara membelah dua
tumpukan batu bata keras tanpa terluka sedikit pun. Seorang ahli karate dari
Jepang bahkan pernah mengalahkan seekor banteng dewasa tanpa menggunakan
senjata.
Menurut
Michael Feld, seorang karateka sabuk coklat yang juga memiliki gelar Ph.D di
bidang fisika MIT (Massachusetts Institute of Technology), demonstrasi karate
tersebut sama sekali tidak menggunakan tipuan semacam tipuan kamera dan
komputer yang biasa dilakukan dalam pembuatan film. Seluruh gerakan karate yang
tampak ajaib sesungguhnya hanya merupakan aplikasi prinsip-prinsip fisika.
Gerakan karateka merupakan paduan gerakan yang paling efisien sehingga hampir
tidak dapat dimaksimalkan lebih jauh lagi.
Rahasia
utama dalam gerakan bela diri ini adalah kecepatan gerakan serta ketepatan
fokus serangan (sasaran). Semua teknik dalam Karate ditujukan untuk
menghasilkan kecepatan dan kekuatan secara efisien. Sebelum memulai gerakan,
karateka terbiasa untuk mengambil napas yang dalam, yang kemudian dikeluarkan
lagi sambil berteriak keras "HAI-YAAA" saat melepaskan serangan.
Secara fisika, teriakan itu sebenarnya merupakan cara untuk melepaskan gaya
yang sangat besar yang dihasilkan oleh otot-otot diafragma (otot yang mengatur
gerakan paru-paru) yang berkontraksi sangat cepat. Dengan berteriak, gerakan
yang dilakukan menjadi lebih efisien, terutama dalam melakukan pukulan.
Pukulan-pukulan
yang dihasilkan oleh seorang pemula mencapai kecepatan 6 meter per detik,
sedangkan seorang karateka sabuk hitam dapat mengeluarkan pukulan dengan
kecepatan 14 meter per detik (lebih cepat dari kecepatan pelari tercepat).
Kecepatan gerakan dan pukulan sangat penting dalam Karate.
Dalam
karate, Joe Louis yang dikenal sebagai “Greatest Karate Fighter of All
Time”, tahu bahwa besaran fisika yang sangat berperan adalah momentum.
Momentum suatu benda yang sedang bergerak sama dengan massa benda itu dikalikan
dengan kecepatannya. Benda yang bermassa lebih besar mempunyai momentum yang
lebih besar dibandingkan dengan benda yang bermassa lebih kecil. Oleh karena itu
pada pertandingan karate setiap karateka ditimbang berat badannya. Ini
bertujuan untuk mengelompokkan karateka pada klas yang sama berat badannya.
Apabila berat badannya sudah sama, tergantung lagi dari teknik dan kecepatan
serangan agar menghasilkan momentum yang besar.

Gambar
1 Karateka memukul sasaran
Sebelum
memukul:



Setelah
pukulan dilepaskan:
|


Pada
gambar 1 seorang karateka sedang memukul sasaran yang terbuat dari kayu. Ketika
tangannya menghantam kayu sasaran, ada momentum yang ditransfer dari tangan
kepada sasaran. Besarnya gaya yang dialami oleh kayu akibat pukulan ini sangat
tergantung pada berapa besar momentum yang ditransfer dan berapa lama waktu
transfernya itu. Semakin besar momentum yang ditransfer semakin besar gaya yang
dialami kayu. Dan semakin cepat waktu transfernya semakin besar pula gaya itu.
Karateka
pada gambar 1 mula-mula berdiri dengan kepalan tangan menghadap ke atas. Kemudian
ia memberi momentum pada tangan dengan menggerakkannya ke depan. Agar momentum
tangannya lebih besar, badan karateka ikut mendorong (dorongan badan akan lebih
efektif jika selama proses ini kepalan tangan berputar seratus delapan puluh
derajat, sehingga sekarang kepalan tangan menghadap ke bawah). Selanjutnya
momentum yang besar ini ditransfer dalam waktu sekecil mungkin.

Gambar 2 Transfer Momentum Yang
Besar

|
Dengan massa yang
besar, kecepatan yang tinggi dan waktu sentuh yang kecil terhadap objek, ini
akan mengakibatkan gaya yang diberikan semakin besar.
Agar
waktu transfernya sekecil mungkin, setelah mengenai sasaran, sang karateka
segera menarik kembali tangannya dengan cepat.
Untuk
memperoleh efek hantaman yang lebih besar lagi, tekanan yang diberikan oleh
tangan sang karateka harus lebih besar. Ini diperoleh dengan membuat permukaan
sentuh antara tangan dan sasaran sekecil mungkin. Dalam hal ini bagian yang
cocok untuk menghantam adalah tulang-tulang metacarpal (tulang antara jari dan
pergelangan tangan).

Gambar 3 Bagian Tubuh Yang
Digunakan Untuk Menyerang

Dengan
yang besar dan permukaan bidang sentuh yang
kecil akan memberikan tekanan yang besar.

|
|
Seorang
karateka mampu menghantam sasaran dengan energi sekitar 150 joule. Jika
karateka ini memukul dengan telapak tangannya (luasnya sekitar 150 cm kuadrat),
maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran hanya sebesar 1 joule per
sentimeter kuadrat (yaitu 150 joule/150 cm2). Tetapi jika karateka itu
menggunakan bagian sisi tangannya yang luasnya lebih kecil (misalnya dengan
luas 15 cm kuadrat) maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran bisa mencapai
10 joule per sentimeter kuadrat, tentu saja ini akan memberikan efek yang jauh
lebih besar. Itulah sebabnya ketepatan sasaran (pukulan yang terkonsentrasi
pada luas permukaan sekecil mungkin) sangat penting dalam Karate. Gambar 3
menunjukkan bagian-bagian tangan dan kaki yang sering dipakai untuk menyerang sasaran
karena dapat secara efektif mentransfer momentum pada sasaran dan mempunyai
permukaan sekecil mungkin.
Gambar 4. Menepis tendangan lawan
kesamping

|
Momentum (
) merupakan besaran vektor, dengan menepis berarti kita
mengubah arah momentum. Jika seseorang memukul tepat lurus di dada kita, maka
kita akan merasakan dahsyatnya pukulan itu. Dalam karate diajarkan cara untuk
menepis sebuah pukulan dan tendangan agar pukulan itu hanya menyerempet tubuh
kita dan mengubah arah momentum dari kepalan tangan dan kaki si pemukul
menjauhi kita. Ini dilakukan dengan cara menepis lengan atau kaki lawan kita
menjauhi kita dengan menggunakan lengan kita. Bergantung pada bentuk serangan
lawan kita, kita dapat menepis sebuah serangan ke arah atas, ke arah bawah,
atau ke arah samping. Dengan cara ini, kita tetap terkena pukulan dan tendangan
lawan kita, namun kita hanya akan merasakan sebagian kecil dari besarnya gaya
oleh serangan lawan tersebut.

Gambar 5. Menepis tendangan kearah atas
|
Cara ini juga akan menyebabkan momentum
lawan kita merugikan lawan kita sendiri. Saat kita menepis sebuah serangan dan
mengarahkannya ke samping, momentum lawan kita sendiri mendorong lawan kita
tersebut sedemikian sehingga mengganggu keseimbangan tubuh lawan kita. Ini
mengakibatkan lawan kita mudah diserang; kita akan mudah mendaratkan pukulan
telak padanya ataupun menjatuhkannya ke lantai.
Gambar 6. Mendorong lawan
|
Kita juga dapat mencengkram lawan kita
yang melakukan penyerangan dan mendorong sedemikian rupa sehingga momentum
lawan kita bertambah. Dengan cara ini kita dapat mengehempaskan lawan kita ke
lantai. Teknik penghempasan lawan bukan sesuatu yang penting dalam karate,
namun teknik itu memiliki peranan penting dalam seni beladiri yang lainnya, terutama
judo dan aikido.

Gambar 7 Mematahkan Beton
|
|
|
Untuk
mematahkan balok kayu, beton, batu bata ataupun balok es, pukulan seorang
karateka harus mampu memberikan tekanan yang lebih besar dari batas elastis
(kelenturan) yang dapat ditoleransi oleh benda-benda tersebut. Batas elastis tiap
benda berbeda-beda. Beton mempunyai batas elastis (maximum crushing) 400 kg per
sentimeter kuadrat. Artinya jika beton itu dihantam dengan gaya setara dengan
berat 400 kg, pada daerah seluas 1 sentimeter kuadrat maka beton itu akan
pecah. Batas elastis tulang manusia mencapai 40 kali batas elastis batang beton
sehingga lebih susah untuk dipatahkan (saat terjadi tumbukan yang patah adalah
batang beton dan bukan tulang kaki atau tangan manusia yang memukulnya). Selain
itu, tangan dan kaki manusia dilengkapi pula dengan berbagai ligamen, tendon,
otot, dan kulit yang dapat membantu mendispersikan gaya yang diterima ke
seluruh tubuh (gaya menjadi tidak lagi terkonsentrasi) sehingga pada akhirnya
dapat menyerap gaya sebesar 2000 kali gaya maksimum yang dapat diterima beton.
Tangan dan kaki karateka semakin kuat seiring dengan bertambahnya frekuensi
latihan karena terjadi adaptasi dengan terbentuknya jaringan kalus (callus)
yang dapat menyerap dan mendifusikan gaya yang diterima saat terjadi tumbukan
(tangan dan kaki tidak terasa sakit sama sekali walaupun bertumbukan dengan
balok padat yang keras). Tangan dan kaki yang tidak terlatih sangat mudah
terluka karena permukaan kulit masih terlalu halus. Dengan latihan yang serius
Mikael Bigersson (Swedia) masuk Guinnes Book dengan memecahkan 21 balok beton
berukuran 60 cm x 20 cm x 7 cm dengan menggunakan tangannya dalam waktu 1 menit
pada tahun 2001 yang lalu.
Jadi,
semua keajaiban Karate ternyata dapat dipelajari menggunakan prinsip-prinsip
fisika. Gerakan-gerakannya pun dapat ditingkatkan variasinya menggunakan
berbagai strategi yang meminjam konsep dan hukum fisika. Tidak ada tipuan
maupun sihir yang terlibat. Rahasianya hanya terletak pada perpaduan
konsentrasi dan kesiapan mental dan fisik serta pengetahuan fisika yang baik
|
||||
![]() |
|
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ada
beberapa kesimpulan dalam makalah ini yaitu :
a.
Karate merupakan salah satu cabang ilmu
bela diri yang banyak menggunakan aplikasi konsep fisika terutama konsep impuls
dan momentum dalam teknik menyerang dan menepis.
b.
Karate adalah ilmu bela diri yang
menggunakan kecepatan gerakan yang berfungsi untuk memperbesar momentum yang
ditransfer kepada sasaran, memperkecil selang waktu yang bertujuan untuk
memperbesar gaya yang diberikan serta menggunakan bagian tubuh yang memiliki
luas penampang yang kecil yang bertujuan untuk memperbesar tekanan sehingga
lawan akan merasakan efek hantam yang sangat dahsyat .
B.
SARAN
Bagi
karateka penulis menyarankan:
a.
Makan makanan yang bergizi agar lebih
bertenaga dan imbangi dengan latihan fisik yang teratur supaya tubuh tetap fit.
b.
Latih serangan dengan kecepatan yang
tinggi.
c.
Kurangi waktu kontak dengan objek.
d.
Gunakan bagian tubuh yang memiliki luas
penampang yang kecil dalam melakukan serangan.
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Muladi dan Aditya Wiratama NS.
1996. Karate Untuk Pemula. Pekalongan:
CV Gunung Mas
David Halliday dan Robert Resnick. 1987.
Fisika. Jakarta: Erlangga
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta: Erlangga
|
Nurachmandani,
Setya. 2009. Fisika 2 Untuk SMA/MA Kelas
XI. Surakarta: DEPDIKNAS
mudah2an bermanfaat
BalasHapusimage nya kok broken gan ??
BalasHapusK
BalasHapusK
BalasHapusK
BalasHapusImage nya, blur
BalasHapus2021 ford escape titanium hybrid, a breakthrough portable
BalasHapusAt titanium keychain its core, titanium earrings the modular nature of the portable titanium pipe version of a Nintendo Switch offers The titanium alloy new Genesis Mini titanium chopsticks can also come with a power